Meski kita dari tanah, muasal kita adalah syurga. Tempat Bapak-Ibu kita meniti sejenak hari-hari sebelum akhirnya terusir. Ya, Bapak-Ibu kita: Adam dan Hawa.
Maka lahirlah kita dalam keterusiran di bumi ini, anakanak manusia. Tiap seorang dari kita lahir akan disambut dengki sumpah syaithan agar menemani mereka dilalap apiapi neraka, dosa demi dosa sesungguhnya bukan agar kita terusir dari syurga, tapi agar kita tak kembali ke syurga, tanah kampung halaman kita.
Jadi, sedang apa kita dengan syaitan itu?
Tidakkah terasa olehmu, kadangkala kita tertawa tebahak bersamanya. Sedang para malaikat mendidihkan neraka dengan panas paling murka. Untuk anakanak adam yang merasa indah tentang dosa dan tak dapat memahami bahwa syaitan adalah musuh yang nyata.
Kita tidak tahu, berapa lama lagi kita dalam pengusiran ini. Bahwa Allah menjadikan kita khalifah di bumi adalah sebentuk Rahman-RahimNya. Bagaimanapun besar dosa, Allah selalu rindu taubat kita, itulah mengapa dijadikan syurga seluas langit dan bumi, tingkat demi tingkat dari penjuru pintupintu amal, untuk menyambut kita dihari ketika Dia telah memanggil hambahambaNya pulang ke kampung halaman sesungguhnya.
Masih adakah kita menjadikan syaitan teman karib dalam perjalanan pulang?
__________________________
Ramadhan 1434 H.
Selepas sahur, memikirkan anakanak Gaza.
0 Comments