Niatnya,
malam ini mau bersantai saja. Tapi si “White” tidak berhenti bunyi dan nyaris
meraung-raung…saya mulai curiga, pasti ini grup RJ di whatsapp. Benar saja, ternyata ada topik panas di sini.
Pantas… emak-emak dari segala penjuru bumi berkumpul “marukka” di grup… oh,
ternyata… ini tentang poligami. Dan saya tersenyum saja membaca satu-satu
percakapan di grup ini, senyum seorang wanita dewasa. (jiaaaaaaahhhhhh…..
hahahah.. )
Habis baca-baca
itu, tangan langsung gatal mau menulis. Tapi ini bukan poligami yah, terlalu
berat bahasannya klo itu. Lagi pula saya bukan pakarnya… tapi saya slalu berdoa semoga saya bukan
korbannya. ; )
Jadi ini
tentang sebuah kalung emas dan hati seorang suami…
Beberapa tahun
yang lalu, saya mampir di toko emas di Maros, niatnya mau ngecek-ngecek harga
emas, (nanti klo saya tulis mau beli emas dibilangnya somboooooong…) heheh…
Di toko emas
itu terjadi percakapan yang entah mengapa, tersimpan begitu saja di memori
saya, meninggalkan kesan manis dalam hati saya.
“tinggal di
manaki?” tanya bapak penjual emas mulai akrab.
“di
Pesantren Darul Istiqamah Pak…”
“oh..
beberapa hari yang lalu ada juga ustadz dari pesantren datang ke sini beli
emas, nambilkan istrinya kalung 10 Gram,
nabilang “35 tahun ma hidup sama istriku na belum ada kukasi apa-apa,
lamami juga kodong hidup menderita sama saya, lama mi kuniatkan mau belikanki
sesuatu na baru kesampaian. Biarmi kubelikanki ini, supaya senang-senang tong
kodong perasaannya, kapan-kapan besok matika, bisa na jual lagi untuk
kebutuhannya…”
Glek!
Mungkin tidak
semua, tapi hati seorang suami kurang lebih seperti ustadz yang membeli emas 10
gram dengan sepenuh hatinya itu. Iya, itu adalah hati yang menunggu sekian
puluh tahun untuk bisa berterima kasih dengan layak kepada istri yang telah
setia kepadanya. Dan kita, (saya nunjuk diri sendiri sajalah..) terkadang
menuntut bertubi-tubi kepada suami, menuntut perhatiannya yang terkadang tidak
lagi hangat, menuntut waktunya yang habis mencari nafkah untuk hidup kita yang
lebih layak, menuntut hatinya yang saban waktu kita curigai tidak setia, menuntut
begitu banyak hal yang sebenarnya…. Sungguh sebenarnya, sangat ingin ia berikan
bahkan sebelum kita memintanya. Hanya saja, ….. kita kurang sabar memberinya waktu.
Hati seorang
suami, mungkin tidak serumit hati istri.
Di sana ada
kesederhanaan dalam perasaan, tidak seperti hati istri yang bisa berganti 4
musim dalam satu waktu, tapi percayalah, dan cobalah tetap percaya, dalam kesederhanaan
perasaannya, ada letupan kejutan yang ia simpan.
Menunggu waktunya
tiba.
______________________________________________________________________________
kawan-kawan
RJ, pada akhirnya…. setelah materi poligami yang kita bahas itu sampai
mengeluarkan emoticon bom, pisau, dan pistol….. semoga tulisan ini bisa membuat kita tersenyum lebih manis
pada suami kita yak!
0 Comments