Sumber Gambar |
Ujian terberat menjadi seorang Pemimpin adalah godaan untuk menjadi pribadi yang biasa-biasa saja.
Ahad minggu ini, saya terlambat menghadiri liqo. InsyaAllah alasannya syar'i. Tapi rasanya lega, setelah ikhtiar membiarkan Abi memacu motor dengan kencang sepulang kuliah demi bisa hadir liqo biar hanya di ujung waktu (biasanya saya minta pelan-pelan saja) dan rasanya benar-benar rezeki ketika di akhir kalimatul-murabbi, beliau mengatakan kalimat itu.
Sebait kalimat yang membuat hati tetiba disejuki embun.
Saya mulai meresapi kalimat itu. Mungkin benar, menjadi orang yang biasa-biasa saja di zaman seperti ini sungguh bukan pilihan yang bijak. Zaman ini membutuhkan generasi Islam yang lebih kokoh, bukan sekedar kokoh akidah, tapi kokoh yang kaffah. Segalanya : Ilmu,Pengetahuan, Pengabdian, Kepemimpinan, Skill,Ekonomi,dan fisik.
Maka generasi islam yang kokoh adalah muasal dari kesadaran tiap individu untuk menjadi muslim yang tidak lemah. Yang tidak mudah lelah. Yang pantang mengeluh pada amanah. Karena hakikatnya, kita sedang berjual-beli dengan Allah. Jual beli yang tidak akan pernah rugi. Kita menjual seluruh waktu, keringat, harta, rasa lelah,air mata hanya kepada Allah. Dan yakinlah, Allah pasti membayarnya dengan harga yang tidak pernah kita kira.
Menjadi pribadi biasa-biasa saja untuk zaman ini, adalah kesalahan. Saya tidak bicara dalam konteks "kesederhanaan", yang saya maksudkan adalah "membatasi diri". Iya, zaman ini membutuhkan kita yang punya prinsip kuat terhadap akidah sekaligus manfaat yang besar pada kehidupan. Zaman ini membutuhkan peran pribadi muslim yang tidak terbatas dalam bilik-bilik masjid, tapi juga mampu hadir di panggung-panggung politik, di ruang-ruang perkantoran, di balik sistem ekonomi, di kolom media, di kelas-kelas pendidikan. Pribadi muslim yang bukan hanya pandai membaca ayat, tapi juga mampu mengaplikasikan Islam sebagai sebuah agama yang sempurna untuk setiap detail kehidupan. Dan percayalah, kita tidak akan menjadi generasi harapan, jika godaan menjadi pribadi yang biasa-biasa saja telah membuat kita duduk manis menonton zaman.
Menjadi pribadi muslim adalah ikhtiar membangun jiwa Khalifah dalam diri kita. Jiwa khalifah yang hadir dengan segala kemampuannya, melangkahi batas-batas kekurangannya, mendidik diri dengan perjuangan, menguatkan hati pada pengorbanan, dan menuliskan namanya dalam tegaknya peradaban Islam di bumi ini.
Kita terlahir sebagai Khalifah. Pemimpin.
Maka sekecil-kecilnya peran yang kita lakoni dalam hidup ini, jadikanlah sebagai sebaik-baiknya jual beli antara kita dan Allah. Seperti halnya kita, adakah Allah akan membeli sesuatu yang biasa-biasa saja dari hambaNya, saat ada hamba yang lain menjual dirinya dengan kualitas sempurna?
Mari berbenah.
___________________________________
Larut malam, meresapi makna sebelum tidur. Salam.
2 Comments
Allah..nohok sekali tulisanta' k Ophy'...
ReplyDeletemengajak berpikir, tertampar lalu kembali menguatkan tekad. BismiLlah.
Menjadi biasa-biasa saja mungkin memang sebuah kesalahan.
Heheh, padahal tidak ada niat menohok ya... 😊😊😊
Delete