Sumber Gambar : SPIDI |
Saya seorang Guru di sebuah
sekolah berbasis Islamic Boarding School, Sekolah yang juga tempat saya
menempuh pendidikan Tsanawiyah/SMP dan Aliyah/SMA.
Di sekolah ini, saya
telah mengahbiskan 3 tahun pengabdian sebagai Pembina Program Tahfidzul Quran
sejak tahun 2013-2015, lalu di tahun
2016 hingga sekarang saya mengabdikan diri di kelas regular dengan mata
pelajaran Bahasa Arab dan PAI.
Tulisan saya kali ini
hanyalah remah kecil dari persoalan dunia pendidikan yang… MasyaAllah. Tulisan ini
juga adalah respon dari begitu banyak pertanyaan tentang Sekolah Islam yang
mulai memasang harga tinggi.
Belakangan ini, di banyak tempat, sekolah-sekolah
Islam mengalami transformasi yang luar biasa. Para cendikia Islam melakukan
banyak renovasi dalam bidang pendidikan, secara garis besar tujuan utama meraka
adalah merubah paradigma pendidikan islam (yang dalam hal ini pesantren) sebagai
sebuah tempat pelaksanaan pendidikan yang tradisional, kumuh, dan terbelakang
menjadi sebuah lembaga pendidikan yang maju, modern, dan layak menjadi pilihan utama
(bukan lagi altenatif).
Timbal-baliknya adalah
: Sekolah Islam Terpadu, Islamic Full Day, dan Islamic Boarding School atau apapun
namanya, mendapat kesan sebagai sekolah
yang Mahal. Pendidikan Mahal.
Sekolah tempat saya
mengajar termasuk salah satu yang mengalami transformasi tersebut. Lingkungan sekolah
ditata demikian rupa, fasilitas, sarana-prasarana diupayakan untuk diberikan
yang terbaik, guru-guru diberikan ruang lebih luas untuk menggali potensi diri dan
pengalaman mengajar yang lebih mengesankan dengan menghadirkan
pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya. Seluruh Transformasi tersebut
akhirnya tidak lagi bisa ditawar dengan harga yang murah. Lagi-lagi : Pendidikan Mahal.
Baiklah, mari kita
hitung Pendidikan yang Mahal itu lewat sebuah pengalaman yang pernah saya
saksikan sendiri.
Salah satu orang tua
murid, mengeluarkan anaknya dari sekolah ini. Ia mengaku jujur alasannya adalah mahalnya biaya pendidikan yang ada. Sebagai Pembina
saat itu, jujur kami melepasnya dengan rasa yang berat, karena proses pembinaan
masih sedang berlangsung, anak tersebut belum utuh memahami tentang hakikat
agamanya, jalan hidupnya, dan prinsip-prinsip yang harus kokoh ia pegang. Kami melepasnya seperti melepas sebuah ladang amal
sholeh yang demikian besar.
Berlalu waktu, sang Ibu
datang kepada kami. Ia bercerita tentang anaknya dengan sekolah barunya dan
tuntutan yang banyak. Anak itu meminta
dibelikan sepeda motor, tentunya yang masuk kategori keren di mata teman-teman
sekolahnya. Ia juga meminta smartphone, tentunya juga yang keluaran baru biar
terlihat kece’. Pakaiannya harus slalu gaya, pergaulan menuntut itu semua.
Nah, berapa banyak
biaya yang habis untuk setiap permintaan anak tersebut ? itu belum termasuk
harga dari kegelisahan orang tua tentang apa yang anak perempuannya kerjakan di
luar sana dengan teman-temanya, tentang sholat yang tidak lagi terjaga, tentang
al-Quran yang dilupakan, tentang sopan santun dan rasa hormat yang kian
menipis, tentang MORAL YANG HILANG.
Sungguh, bukan
pendidikan yang mahal, tapi konsep pembentukan karakter.
Di Islamic Boarding
School yang kesannya mahal itu, sama sekali bukan tentang adanya AC di
ruang-ruang kelas, banyaknya fasilitas yang tersedia, atau gedung-gedung asrama
yang seperti hotel, tapi adanya PEMBENTUKAN
KARAKTER dan KETERJAGAAN MORAL yang sedang diupayakan. Adanya rasa aman bagi
orangtua bahwa anak yang dirindukannya tengah bangun shalat tahajjud berjamaah
bersama teman-temannya, ia tidak melewatkan hari tanpa shalat wajib, dhuha, dan tilawah. Bahwa ketika orang tua tersebut
melihat anak tetangga hamil di luar nikah, atau berkata kurang ajar pada orang
tua, atau tidak lagi pernah terlihat shalat, ia tahu bahwa anaknya sedang
berada di sebuah sekolah, dengan teman-teman yang baik, dan Guru serta Pembina
yang menyanginya dengan penuh, yang meluruskan langkahnya, yang membentuk sikap
dan tutur katanya, yang menyadarkannya akan hakikat penciptaannya.
Adakah harga yang mahal
untuk Shalat yang terjaga, untuk setiap hafalan Qur’an yang ia tartil, untuk tahajjud
yang mengangkat derajat ?
Saya pernah bertemu
dengan seorang Ibu yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Gaji suaminya
jauh dari cukup untuk biaya sekolah yang harus dibayar, dan sang Ibu berjualan
kue tradisional untuk membatu suaminya. Alhamdulillah, anaknya menamatkan
sekolah bahkan menjadi siswa dengan prestasi terbaik di hari penamatannya.
Si Ibu berkata : "niat
saya adalah menjaga anak ini. Memberinya pendidikan yang terbaik."
Saya kira, dari niat
itulah Allah melapangkan rezkinya untuk bisa membayar rupiah-demi rupiah biaya
pendidikan anaknya. Allah memberi jalan yang baik bagi setiap niat yang baik,
Lupakah kita tentang itu?
Silahkan berhitung
tentang Pendidikan Mahal, dan Harga Moral
yang hilang.
_____________
Tulisan ini murni sudut
pandang saya sendiri, tanpa membawa nama Lembaga.
Pilihan untuk
menyekolahkan anak di tempat yang mahal atau di tempat yang “terjangkau” adalah
murni hak setiap orang tua, yang menjadi hak anak dan kewajiban bagi setiap
orang tua adalah : memberikan pendidikan yang terbaik.
Dan
Allah-lah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dia
kehendaki.
( QS. Surah Al-Isro : 30)
____________
Ujung Malam. Di halaman ke 78 tesis pendidikan karakter berbasis Islamic Boarding School., dan saya membuka halaman blog dan menulis ini.
1 Comments
sejuk sekali membacanya menambah semangat lagi untuk paksa diri betah di spidi belum lagi yang kulihat memang pemandangan paling mahal saat ini ketika ade2 sholat malam meminta dengan khusyuk kpd Allah dengan segala macam pintanya kepada Allah... yang bagiku ini mahal sekali
ReplyDelete